Kondisi ketersediaan beras Januari-Maret 2016 dipastikan melimpah mengingat pada bulan Februari 2016 akan dipanen 5 juta ton gabah setara 3,1 juta ton beras dan pada Maret 2016 akan dipanen 12,56 juta ton gabah setara 7,9 juta ton beras, sedangkan konsumsi beras penduduk hanya 2,6 juta ton per bulan.
Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Dr. Suwandi menyampaikan produksi beras nasional 2015 juga surplus. BPS pada 2 November 2015 merelease Angka Ramalan-II (ARAM-II) 2015 produksi padi 74,99 juta ton gabah kering giling (GKG) atau naik 5,84% dari produksi tahun 2014. Dengan produksi gabah tersebut diperoleh beras setara 43,61 juta ton yang berarti surplus untuk memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan sekitar 33,35 juta ton beras nasional. Surplus beras sebesar 10,25 juta ton saat ini berada tersebar di produsen, penggilingan, pedagang, industri, rumah makan, restoran, konsumen dan di Bulog.
Kerja keras Pemerintah dalam melakukan antisipasi terhadap El-Nino 2015 yang lebih berat dibandingkan dengan El-Nino tahun 1997, berhasil meningkatkan produksi beras nasional. Pada saat El-Nino 1997, Indonesia mengimpor beras total 7,1 juta ton untuk memenuhi konsumsi 202 juta penduduk, sedangkan pada tahun 2015 dengan penduduk 252 juta jiwa belum mengonsumsi beras impor. Untuk diketahui pada tahun 2015 Indonesia bahkan telah mengekspor beras kelas khusus/organik 148 ton (sumber BPS, realisasi s/d November 2015).
Beras impor belum beredar di masyarakat. Hingga saat ini, menurut Direktur Pengadaan Bulog, Wahyu (20/1) 900 ribu ton beras impor masih di Gudang Bulog. Kebutuhan konsumsi beras penduduk sebesar 2,6 juta ton per bulan cukup dipenuhi dari produksi dalam negeri.